Culture Shock: Cium Pipi atau Cium Bibir

23:08 Unknown 4 Comments

Di sore hari Minggu yang santai ini, saya dan host fam saya sudah menyiapkan alat makan dan meja untuk makan malam di halaman belakang. Saat lagi ngobrol seru dan nunjukkin foto-foto keluarga saya, tiba-tiba mereka ngasih tahu kalau mereka bakalan ke rumah temannya dan saya pun diajak. Wah, agak bingung nih. Bingung kalau nanti mereka ngobrol tapi saya enggak ngerti :)) 

Tapi karena saya enggak gampang menyerah dan enggak mau kalah dengan rasa bingung saya, pastinya saya pun terima tawaran itu. Alasan lain ya karena proses ini adalah salah satu dari proses adaptasi yang saya jalani di sini. Kalau saya menghindar terus nanti saya bakalan susah dong adaptasinya? Oke. Akhirnya saya capcus buat ikut host fam saya mengunjungi temannya.

Di perjalanan, host fam saya mampir ke minimarket untuk membeli minuman segar. Nantinya minuman itu akan diberikan dan dinikmati bersama saat ngobrol-ngobrol cantik. Selain itu, host fam saya juga membawa cemilan dan telur untuk diberikan kepada tuan rumah. 

Rumah teman dari host fam saya tidak terlalu jauh. Ya.. kira-kira hanya beberapa blok dari tempat tinggal kami (((KAMI))).  Rumahnya bagus dan nyaman. Meskipun tidak bertingkat, terdapat halaman depan dan halaman belakang yang luas tipikal rumah khas Australia. Tambah kaget lagi karena ada kolam renangnya. Wah pasti betah banget tinggal di sini. Asik banget soalnya!

Ada hal lain yang bikin kaget.. pas host fam saya betemu teman dan suaminya, mereka cium bibir!

4 comments:

Makan Apa? Makan Apa? Makan Apa Sekarang?

15:36 Unknown 0 Comments

Memasak sudah menjadi bagian dari hobi yang enggak bisa saya tinggalkan. Saya suka banget masak dengan catatan: ada bahan-bahannya. Selain itu ada catatan lain: enggak perlu pakai resep alias suka-suka aja. Kalau orang tua bilang mungkin agak pemalesan, kalau saya bilang sih menguji kreatifitas *halah *ngeles*. 

Setelah hampir dua minggu tinggal di benua lain dan kebanyakan hanya mengandalkan roti dan goreng telur biar gampang, akhirnya di akhir minggu ini saya bisa bikin sesuatu yang lebih nyaman di lidah dan menyelamatkan rasa-rasa yang kemarin sempat hilang. Salah satu cara biar gak enek makan roti terus, saya selalu taburi bon cabe di makanan saya.  Thanks God, saya bisa makan dengan nikmat. Ada yang kurang sih sebenarnya... Royco. *sumpah ini gak dibayar*.

Karena host family saya tidak ada di rumah (mereka harus bekerja dan bermain golf), jadinya saya diperkenankan buat bikin makanan buat saya sendiri. Sempet kepikiran buat bikin sesuatu yang ada telurnya tapi telur lagi habis, jadinya saya pengen bikin sesuatu yang manis. Meskipun tiap hari makan roti, entah kenapa saya tetep makan roti pagi ini. Udah mulai terbiasa kayaknya. Lama-lama saya yakin bahasa Inggris saya bakalan makin lancar karena makan roti.

Akhirnya, roti primadona pilihan pun saya masukkan ke dalam toaster dan setelah itu saya susun. Enggak lupa saya oleskan butter dan selai strawberry. Untuk menambah rasa creamy, saya tambahkan es krim vanilla. Gak susah kan? Tinggal kasih blackberry dan strawberry jadi deh. Sarapan pun terasa mewah. Jangan lupa siapkan susu kedelai dan energen biar makin sehat.

"Energen? Emang ada Pi di sana? "

Ada coy.

Ini dia penampakannya.

0 comments:

All my bags are packed I'm ready to go...

17:00 Unknown 3 Comments

Semalam saya enggak bisa tidur nyenyak. Meskipun udah packing dari seminggu sebelumnya dan merasa udah siap berangkat, tetep aja saya bongkar lagi packingannya dan barter barang yang perlu atau tidak perlu dibawa. Sekejap saya sadar, saya stress. Takut ada yang kurang, takut bawa yang enggak penting, dan takut-takut lainnya. Lama-lama jadi pusing tapi akhirnya tidur juga. 

Tanggal 1 Februari akhirnya datang. Saya bangun subuh dan menyiapkan segala sesuatu agar jangan sampai ada yang ketinggalan meskipun dilanda kebingungan. Saya bingung menyebut hari ini sebagai hari apa. Apakah hari yang dinanti atau hari yang cepat-cepat ingin dilewati. Yang pasti, perasaan saya enggak karuan. Saya senang akhirnya saya bisa menjalankan salah satu bucket list di hidup saya, tetapi di sisi lain saya pun tetap merasakan sedih, takut, bingung dan pasrah. Beragam perasaan itu saya coba tutupi agar jangan sampai keluarga dan orang terdekat tahu bahwa saya pun merasakan kekhawatiran yang mereka rasakan. Cukuplah mereka tahu bahwa saya kepalang bahagia dan excited.

Selain keluarga inti, ternyata keluarga saya yang lain pun banyak yang ingin mengantar--termasuk keluarga pacar. Saya enggak memungkiri kalau saya seneng banget, meskipun saya ngerasa enggak perlu dianter sama banyak orang karena nanti kasian mereka kecapean, toh saya akan berada di mobil yang berbeda. Tapi saya bersyukur mereka masih perhatian sama saya dan akhinya pasrah buat diantar :')


All my bags are packed I'm ready to go...
Saat masukin koper dan tas ke bagasi, saya pengen nangis. Seriusan nih saya mampu jauh dari orang-orang yang saya cintai selama satu tahun penuh? Emang sih dari awal kuliah saya udah latihan untuk jauh dari keluarga.. tapi saat akhir pekan saya masih menyempatkan diri untuk berkumpul bersama keluarga. Nah kali ini saya belum tau jawabannya apakah saya mampu atau tidak. Yang pasti saya harus berkuat diri *mewek*.

Sebenenya sedih banget pas foto bareng keluarga, gak pernah lengkap :') Maaf mah enggak sempet foto pake toga bareng sekeluarga. Nanti pas Pia pulang aja ya...

Kedua kalinya foto bareng Akang.. akur :D

Akang, Teteh, dan keponakan jagoanku <3
Selfie Sukaesih pake kerudung dari @yuliahaji <3
Siapa lagi kalau bukan...

Setelah foto-foto bareng keluarga, saya pun langsung berangkat. Perkiraan perjalanan yang akan memakan waktu 2 jam pupus sudah, ternyata cepet banget di jalan. Enggak sampai satu jam. Mungkin karena hari Minggu dan lewat tol ya. Sampai di kampus udah ada Tiara (alias Hime) dan ibunya. Ternyata kampus sepi banget.. belum ada siapa-siapa. Kami kepagian :)) Tapi setelah menunggu sampai jam 11, akhirnya semua berkumpul termasuk Robita (alias Obit) dan keluarganya.

Detik-detik pelepasan tiga dara
Saat pelepasan tiga Indonesian Language Assistants
Di pelepasan ini, pihak kampus menjelaskan kepada keluarga mengenai tugas kami. Kami bertiga terpilih dari para pelamar yang merupakan alumni dari jurusan pendidikan yang ada di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI untuk menjadi guru bantu bahasa Indonesia di Victoria, Australia. Guru bantu ini dikenal dengan istilah Indonesian Language Assistant. 

Language Assistant sendiri bukanlah merupakan guru yang bertindak sendirian dalam proses pengajaran bahasa Indonesia di tiap kelasnya. Sesuai namanya, kami akan mendampingi dan membantu guru bahasa Indonesia yang bertugas di sana untuk sinkronisasi pengajaran bahasa Indonesia. Baik itu dari tata bahasanya, budayanya, atau pun yang lainnya. Kalau biasanya kita belajar bahasa Inggris suka ada bule sebagai native speaker, nah ini giliran saya dan teman-teman yang jadi "bule" di sana. 

Pihak kampus menyampaikan bahwa keluarga tidak perlu khawatir dengan tiga dara ini. Karena program ini sudah menjadi tanggung jawab Department of Education and Training VIC Australia dan kelangsungan hidup kami akan terjamin. Alhamdulillah dengan mendengar itu langsung dari dosen yang menyeleksi saya, orang tua saya pun bisa lebih tenang dan percaya dengan apa yang saya sampaikan. 

Proses persiapan yang kami alami ini tidak mudah. Kurang lebih berlangsung sejak akhir Juli tahun 2014. Mulai dari deg-deg-an seleksi sampai beli tiket pesawat pun kami jalani sendiri. Maklum kami belum pernah ke luar negeri jadi agak rempong waktu persiapan. Karena visanya ditungguin banget, jadi berasa lama deh :))

Overall, acara pelepasan di kampus berjalan lancar meskipun ada momen haru di saat dosen saya mempersilakan orang tua untuk memberikan sepatah dua patah kata. Bapak saya yang berada di samping Pak Sri Harto pun mengeluarkan suara dengan tersedu. Enggak kerasa air mata saya ikut menetes.. karena itu pertama kalinya saya lihat bapak saya meneteskan air mata. Bahkan saat ibu dari bapak saya meninggal pun, saya tidak melihat bapak saya menangis. Mungkin bapak mencoba tegar untuk menguatkan adik-adiknya. Tapi saat saya mau pergi ke benua sebelah, ternyata air mata beliau turun juga. Semoga air mata itu adalah air mata kebanggaan. 

Foto bersama keluarga dan pihak kampus
Habis acara pelepasan yang pasti enggak lupa buat foto-foto. Asli nih, dipaksa sama pihak kampus buat dokumentasi (Padahal ya emang seneng juga sih foto-foto)!

Terima kasih Pak Sri Harto atas bimbingan dan kesempatannya

Family and friends..

Winda, sepupu yang lagi sibuk ini masih nyempetin datang :*
  
Thanks a lot my lovely sisters, dateng jauh-jauh dari Cianjur


Of course, thank you so much my crazy bestfriends for being there.

Moncicis, I love you so much!

3 Generasi: Mamah - Umi - Zaskia Mecca

Keponakan jagoan tersayang!

Two best men in my life
Setelah beres acara sedih-sedihan di kampus, saya, Hime dan Obit masuk ke mobil kampus ditemani supir dan salah satu staf kampus. Sementara itu keluarga kami masing-masing ada di mobil mengikuti kami. Sayang sekali kakak saya enggak bisa ikut ke bandara. Tapi kalau ikut juga kasian nanti krucil kecapean di jalan. 

Di tengah perjalanan saat berhenti di rest area, kami pun masih menyempatkan diri bertemu dengan keluarga masing-masing. Entah kenapa saya ngerasa bercanda, masih belum kerasa mau pergi jauh. Rasanya hati ini kosong dan euforia yang sebelumnya mengendap, sekarang menghilang. Saya enggak tau kenapa. Saya cuma bisa bismillah aja sambil terus berdoa.

Sesampainya di bandara, kami disambut hujan besar. Doa kami semakin kencang karena kami ada perasaan was-was melakukan penerbangan saat cuaca seperti ini. Tapi kami serahkan pada Yang Maha Kuasa. Semua dah ada yang menentukan, kan?

Hujan di bandara

Finally, I'm here. My third flight.
Karena perjalanan yang cukup lancar, akhirnya kami harus menunggu agak lama di bandara. Alhamdulillah masih ada waktu untuk berkumpul bersama meskipun sebenarnya saya bingung harus bagaimana. Sempet ketemu Rindra si pegawai Garuda yang ngebela-belain datang ke Gate 3 buat ketemu saya dan Hime sebelum berangkat. Udah gitu ngasih suvenir Garuda pula! Makasih banyak Rindra! 


Bahkan keluarga dari Bekasi pun datang buat perpisahan sama saya. Terharu :')

Dan.. ada Rindra! Pegawai maskapai yang kita naikin nih!
Pengennya lagi nunggu gini sih ya ceria dan ngajak ngobrol satu-satu. Tapi saya takut bakalan nangis. Saya tahan dulu aja. Memasuki waktu mau check in, saya solat dulu bareng mamah. Akhirnya air mata yang ditahan dari siang pecah juga pas salim sama mamah habis solat. Sempet dihapus dulu pas jalan mau ke tempat ngumpul.. Eh.. ternyata... pas waktunya check in nangis lagi juga. 

Pamitan kali ini merupakan pamitan yang paling berat saya alami. Mungkin orang lain bilang, "Ah lebay amat... setahun juga balik lagi." Tapi entah kenapa saya enggak bisa sesantai itu. Duh gak kuat kalau nyeritain bagian yang ini. Skip aja kayaknya :')

Setelah puas pamitan dan menangis, akhirnya saya dan dua dara lainnya check in lagi (check in yang pertama sejam yang lalu buat simpen bagasi doang). Setelah itu antri ke bagian imigrasi dan santai di waiting room karena belum boarding. 

Waiting.
Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Ini tanda kami harus menuju boarding gate. Sempet deg-degan pas diperiksa walaupun enggak bawa yang macem-macem, meskipun pada akhirnya enggak kenapa-napa juga. Akhirnya kami bisa lebih rileks dan ketawa-ketiwi di boarding room.

Padahal udah ngantuk abis.

Bismillah...

Jantung pun berdegup cepat. Sebentar lagi kami berangkat.. semoga selamat sampai tujuan. Aamiin.


Kiss,
- P

3 comments:

Instagram Snaps

www.piazakiyah.com. Powered by Blogger.