Menjadi Pengajar Bahasa di Negeri Orang

17:30 Unknown 6 Comments


Salah satu sudut di kelas bahasa Indonesia.

"Kalau bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional bagaimana ya?"

Itulah yang ada di pikiran saya saat pertama kali menekuni pelajaran bahasa Inggris dengan serius. Sejak dahulu saya sangat termotivasi belajar bahasa Inggris karena bahasa ini adalah bahasa internasional dan saya pun ingin bisa mempraktekannya untuk berkeliling dunia.  Tetapi saya berpikir, bagaimana jika  nanti keadaan bisa mengubah status bahasa kita sendiri menjadi bahasa internasional? Wah.. saya yang bukan siapa-siapa ini langsung semangat membayangkan bahasa Indonesia digunakan di seluruh dunia. Tetapi muncul pertanyaan lainnya, apakah mungkin?

Kemungkinan itu mungkin sangat kecil sekali, tetapi kita tidak akan pernah tahu jika tidak mencobanya. Salah satu cara yang muncul di pikiran saya yaitu dengan menyebarkan pengajaran bahasa Indonesia kepada warga negara lain baik itu di negeri sendiri atau pun di negara-negara lain. Walaupun terasa sulit, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Untuk dapat melestarikan dan menjungjung tinggi bahasa kita, kita juga harus mau belajar bahasa negara lain. Mengutip slogan Duta Bahasa: bahasa Indonesia itu wajib, bahasa daerah itu pasti dan bahasa asing itu perlu. Jadi, tidak ada alasan untuk kita menolak belajar bahasa.

Dan sekarang... di sini lah saya, terpaut jarak sekian ribu kilometer untuk mencoba berkontribusi sedikit dalam memperkenalkan dan membantu pengajaran bahasa Indonesia di negeri kangguru. Sebagai lulusan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, saya disiapkan untuk menjadi guru bahasa Inggris di Indonesia. Tetapi peruntungan berkata lain. Alhamdulillah saya diberi amanat menjadi guru bantu bahasa Indonesia di sini lewat kesempatan yang diberikan oleh pihak kampus :D

6 comments:

Ayam Penyet Ria: Cita Rasa Indonesia di Melbourne

15:47 Unknown 9 Comments

Ayam Penyet Ria
"Gimana, kangen sama Indonesia enggak?"

Sering banget saya dapat pertanyaan kayak gitu. Dan jawaban yang selalu saya berikan adalah: "Ya kangen lah.. Apalagi makanannya!". Sebagai tukang makan dan pecinta kuliner tanah air, berat rasanya saat harus berjauhan dengan beragam bumbu dan rasa khas Indonesia. Apalagi makanan yang pedas-pedas... Uhhh paling susah deh saya nahannya!

Dulu saya sampai harus bawa bon cabe sendiri dari Indonesia karena saya takut gak bisa makan kalau tanpa sentuhan pedas. Eh.. Ternyata di Melbourne juga ada bon cabe di toko-toko Asia xD. Seneng banget deh rasanya bisa tetap menikmati rasa pedas di lidah.. Ini artinya perut bakalan tetap aman :D.

Tapi bagaimana dengan menu makanan lainnya di sini? Saya bisa sih sedikit-sedikit masak... Cuma kurang afdol gitu rasanya. Agak lucu juga sebenarnya, dulu saat di Indonesia saya lebih suka kuliner khas luar negeri. Tapi pas sudah tinggal di luar negeri saya malah pengennya menu Indonesia terus! Akhirnya saya pun mendaftar restoran-restoran Indonesia di sini dan setelah cari tahu, saya menemukan Ayam Penyet Ria yang berlokasi di Clarendon Street. Dari tampilan sambalnya sih sangat menarik, pertama kali lihat langsung jatuh cinta!



Sambalnya yang bikin ketagihan!


Dan ternyata dugaan saya terbukti, sambal di Ayam Penyet Ria enak banget! Mirip banget sama sambal di Indonesia, gurih-nikmat-dan-membawa-diri-ini-ke-angan-angan xD . Sejak saat itu, saya selalu ingin balik lagi ke tempat makan ini. Walaupun makannya sambil kepedesan, tapi tetep nagih. Gak kapok-kapok. Jangan lupa juga cocol lalapan dan tahu tempenya. Maknyus!

Meskipun ayam penyetnya enggak atau kurang dipenyet (aneh juga sih.. Jatuhnya kayak ayam goreng biasa aja pakai tambahan kriuk-kriuk), tapi tetep aja saya suka. Apalagi pas makan sambalnya dicampur kecap manis. Wuahhhhhh bikin ngiler diri sendiri kalau lagi kangen pengen makan di sini.

Tempat ini selalu ramai setiap hari, apalagi saat jam makan siang. Kebanyakan sih warga Indonesia juga yang makan di sini, tapi suka ada aja orang Asia lainnya dan juga bule yang juga mau coba makan di sini. Kalau enggak terlalu suka yang pedes-pedes bisa coba menu lainnya. Ada gado-gado, rawon, soto, dan kadang juga ada pempek palembang. Harga berkisar AUD $10-$20.

Nah buat siapapun yang ke Melbourne dan kangen masakan Indonesia, wajib banget ke Ayam Penyet Ria. Dari pusat kota, kita bisa naik trem no 12 dari depan Southern Cross ke arah Melbourne Selatan. Nanti berhenti di Clarendon Street No 248. Rumah makan ala Indonesia ini biasanya buka dari jam 12 siang sampai jam 20.30. Kalau enggak sempat makan di tempat, kita bisa take away loh. Kalau mau nambah sambalnya juga bisa, tapi harga satuannya 50 cents :D. 

Oh iya! Saya punya beberapa tips makan di rumah makan Indonesia di Melbourne:
1. Jangan pernah membandingkan harga di sini dengan di Indonesia. Kalau dibandingkan terus yakin deh enggak bakalan mau makan. Menu tradisional yang biasanya bisa dibeli dengan harga Rp.10.000 - Rp.50.000, di sini harganya bisa berkali-kali lipat karena disesuaikan dengan standar biaya hidup orang sini. Belum lagi bumbu dan bahan yang mungkin gak ada di sini, jadi wajar kalau lebih mahal.
2. Bisa pesan makanan pakai bahasa Indonesia. Biasanya banyak tempat makan Indonesia di Melbourne yang memperkerjakan orang Indonesia juga, jadi kita enggak perlu pesan pakai bahasa Inggris. Tapi harus hati-hati, jangan lupa cek dulu siapa tau mereka bukan orang Indonesia dan mereka enggak ngerti apa yang kita katakan hehehe.
3. Jangan lupa sapa kasir pas kita pesan makanan. Selain karena sudah jadi kebiasaan di sini, kita bisa coba sapa dengan ramah siapa tau dikasih diskon :D.
4. Bawa uang tunai. Ada banyak tempat makan Indonesia di Melbourne yang gak bisa pakai kartu debet (EFT Pos), jadi lebih baik ke ATM dulu dan pastikan kita bawa uang tunai.
5. Cek lokasi di peta atau aplikasi dengan baik. Kalau pertama kali cari tempat makan Indonesia di negara orang lain wajib banget cek di peta atau aplikasi transportasi publik. Jangan sampai nyasar xD.
5. Jangan ngomong yang aneh-aneh dan jangan curhat terlalu kencang saat makan. Soalnya meskipun di negara orang, tapi rata-rata yang ada di situ kan orang Indonesia juga hehe.

Pokoknya.. buat siapapun yang mau ke Melbourne, jangan khawatir sama menu makanan dari Indonesia... Banyak kok di sini yang enak-enak. Cuma harus cek dan ricek dulu siapa tau rasanya kurang pas di lidah kamu. Tapi kalau untuk Ayam Penyet Ria sih pasti juara! Aku enggak pernah kecewa meskipun sudah berkali-kali makan di sana. 

Duh, jadi lapar!

Kiss,
-P

9 comments:

Pasarnya Ratu Inggris: Queen Victoria Market

17:30 Unknown 2 Comments

Kurang lengkap rasanya kalau tinggal di suatu tempat tapi belum mengenal pasar yang ada di tempat tersebut. Kalaupun hanya berkunjung saja buat liburan, pastikan kita juga coba belanja atau sekedar jalan-jalan di pasar yang paling "hits" di tempat yang kita kunjungi itu. Kenapa? Karena pasar menjadi salah satu tempat utama untuk pusat interaksi warga. Dan ternyata alasan saya ini terbukti saat saya menyempatkan jalan-jalan bersama teman-teman ke Queen Victoria Market, alias Pasar Ratu Victoria yang ada di Melbourne. 

Pasarnya Ratu Inggris: Queen Victoria Market

Pasar ini biasa juga disebut dengan Queen Vic atau Vic Market. Tetapi kalau mau ke sini jangan salah sebut, bisa-bisa nyasar. Karena ada juga pusat perbelanjaan modern bernama QV yang tidak jauh dari tempat itu. Kebetulan saya sendiri pernah mengalami, saya kira QV itu Queen Victoria Market yang sering disebut orang-orang.. eh ternyata bukan :D

Queen Victoria Market ini adalah satu-satunya pasar tertua dari abad 19 yang masih bisa bertahan di tengah kemajuan Melbourne sebagai kota metropolitan. Pasar-pasar "tua" lainnya sudah ditutup sejak lama. Oleh karena itu, Vic Market juga jadi salah satu tujuan wisata para wisatawan baik itu lokal atau pun mancanegara. Bahkan pasar ini telah didaftarkan di Victorian Heritage Register sebagai pasar yang bersejarah. Bangunan tuanya pun masih kokoh menghiasi jalan Queen Elizabeth dan Victoria. Oh iya, nama pasar ini diambil dari Ratu Inggris yang menduduki tahta dari tahun 1837-1901. Makanya jangan heran kalau nama ratu yang satu ini tersebar dimana-mana di Australia, khususnya di negara bagian Victoria.

Ada sedikit cerita menarik dari bagian Vic Market ini. Bagian yang sekarang digunakan sebagai tempat parkir sebelumnya digunakan sebagai area pemakaman. Wah.. untungnya di sini enggak percaya yang aneh-aneh ya. Jadi area pemakaman yang diubah fungsinya pun baik-baik aja. Enggak ada cerita-cerita menakutkan yang beredar apalagi kalau dipercaya bisa bikin pasar enggak laku. Toh ternyata pasar ini sampai sekarang selalu kebanjiran pengunjung dan pembeli :))

2 comments:

Delapan Oasis di Kota Melbourne

16:00 Unknown 2 Comments

Siang itu, rencananya saya akan berjelajah di tengah kota dan berbelanja beberapa barang yang saya perlukan. Tetapi ternyata saya salah naik trem dan ujungnya 'terpeleset' ke satu taman yang sangat indah. Saya baru tahu, ternyata tersesat sedikit di kota ini bisa mendapatkan penyegaran, seperti menemukan oasis di tengah gurun.

1. Fitzroy Garden

Daun berguguran di Fitzroy Gardens

Karena saya hanya seorang diri dan enggak punya tujuan yang jelas, akhirnya saya memutuskan untuk mengelilingi taman sambil mengambil beberapa foto untuk dibawa pulang. Saya enggak nyangka, ternyata tamannya sangat luas. Taman ini bernama Fitzroy Gardens. Meskipun lama-lama saya merasa lelah, tetapi langkah kaki saya terus bertambah. 

Cuaca yang mendukung ditambah semilir angin segar membuat saya terlena dalam pelukan dedaunan yang mulai berguguran. Musim gugur ternyata sudah menampakkan batang hidungnya. Saya pun sangat bersemangat. Ini pengalaman pertama saya bertemu musim gugur.

2 comments:

Melbourne Says "Hi!" to You ♥

20:45 Unknown 6 Comments

Hai kamu yang ada di sana! Selamat datang di kota Melbourne!

Tak terasa ternyata sudah jalan delapan bulan saya tinggal di negeri kangguru dan koala ini. Mungkin kesempatan yang sedang saya jalani belum begitu lama jika dibandingkan dengan orang lain. Pada hari-hari kerja, saya tinggal di Geelong. Tetapi pada akhir minggu, jiwa dan raga saya selalu ingin berada di ibu kota Victoria ini. Sehingga saya pun merasa menjadi salah satu bagian dari Melbourne dan terikat dengannya. Tak pernah sebelumnya terbayangkan, saya akan berada di sini. Di kota yang baru-baru ini kembali mendapat predikat The Most Livable City in The World untuk yang kelima kalinya. Kota yang berjarak kurang lebih 5000 kilometer dari tanah kelahiran saya, Bandung. 

6 comments:

[REVIEW] ELF Studio Matte Lip Color - Neutral Shade

19:00 Unknown 1 Comments

Going a little bit soft? Why not!

ELF Studio Matte Lip Color - Neutral

Sebagai orang yang ceria dan pecinta warna-warna ngejreng, saya merasa gagal karena setiap kali berkaitan dengan lipstik saya selalu pilih warna-warna yang agak lembut dan enggak terlalu menonjol. Termasuk yang satu ini, e.l.f. Studio Matte Lip Color dengan warna netral. 

Pertama kali pakai saya langsung suka sama warnanya. Persis warna bibir yang saya pengen dari dulu. Apalagi dengan tampilannya yang matte, jadi enggak berasa kayak makan gorengan (saya pribadi enggak terlalu suka yang glossy, kilapnya jadi kayak berminyak hehe). 


Warnanya natural.

Cuma sayangnya kalau dari jauh dilihat, saya jadi kayak pucat gitu. Kayaknya sih pengaruh warna kulit dan sinar matahari. Padahal liat foto di internet kayaknya bagus gitu.. Enggak pucat-pucat amat :( Pelajaran banget nih, yang dipakai orang lain bisa nampak bagus.. belum tentu bagus buat kita.

Well, terlepas dari pucat atau enggaknya, saya tetap suka produk yang satu ini. Selain harganya terjangkau juga bentuknya yang retractable bikin kita enggak perlu menyerut kayak pensil bibir lainnya. Aplikator lipstiknya juga gampang dipakai, cuma harus agak hati-hati karena kalau terlalu semangat nanti lipstiknya rentan copot dari aplikatornya -_- (saya ngalamin nih,, agak bete). Tapi enggak apa-apa, kalau copot bisa dibalikin lagi ke tempatnya kok :))

I love this colour!
Pros:
  1. Harganya terjangkau untuk ukuran produk internasional.
  2. Warnanya sama kayak warna yang ada di bungkus produk.
  3. Pemakaiannya cukup mudah karena bentuknya yang retractable.
  4. Cukup lembab, walaupun enggak seharian.
Cons:
  1. Cepat hilang (kalau banyak makan :D).
  2. Harus beberapa kali oles sampai warna yang kita inginkan terasa pas.
  3. Meskipun matte, tapi pas dipakai enggak terlalu matte. 
  4. Warna cenderung lebih pucat saat dipakai dan terkena sinar matahari.

Pros cons sama-sama ada empat.. Jadi bukan berarti sangat direkomendasikan atau pun enggak direkomendasikan. Direkomendasikannya biasa aja :D tapi kalau dilihat-lihat sih kayaknya produk ini bakalan awet dipakai dibandingkan produk yang lain. Mudah-mudahan aja :D

Kiss,
-P 

1 comments:

Instagram Snaps

www.piazakiyah.com. Powered by Blogger.