Perjalanan MengASIhi - Mastitis Oh Mastitis!
Seminggu lagi Hadziq akan berumur 5 bulan, ini artinya sudah 5 bulan dia bersamaku dan 5 bulan pula saya berjuang menyusuinya. Ya, berjuang. Karena untuk diri saya sendiri menyusui bukanlah hal mudah, melainkan hal yang sangat menantang dan penuh dengan drama 😀
Drama Menyusui
Semenjak melahirkan, saya termasuk orang yang tidak mulus-mulus saja dalam menyusui anak saya ini. Perih dan lecet, adalah hal pertama yang saya rasakan karena saat itu saya memiliki flat nipples. Cukup telat bagi saya untuk memijat area tersebut, seharusnya saya melakukannya beberapa minggu sebelum melahirkan agar kulitnya elastis. Belum lagi saya susah dapat nipple cream yang disarankan bidan (Mothercare atau Pigeon). Cari di apotek dan toko perlengkapan bayi dekat rumah ternyata merk Pigeon ini enggak ada...yaaa apa daya sudah terlanjur terlewat, maka saya harus berusaha dengan terus menyusui secara langsung dan mencoba menggunakan spet. Tetapi yang saya dapatkan malah makin perih dan makin lecet. Awalnya sih enggak dirasa-rasa, karena keinginan saya terlalu kuat untuk bonding through breastfeeding. Lama-lama jadi ganggu juga dan setelah berkonsultasi dengan dokter, saya diberikan Kenalog karena aman kalau tertelan (sebenarnya ini obat sariawan sih).
Agak menyesal juga pakai Kenalog, karena enggak mempan buat saya. Mungkin saat itu saya enggak bisa pakainya dan gak tunggu kering. Jadilah kulitnya kecabut dikit dan perih luar biasa. Hufttt.... hampir nyerah untuk menyusui tapi saya tahan-tahan. Kena kain baju aja pengen nangis, apalagi pas menyusui langsung. Saya sampai sesegukan di kamar 😓. Untungnya suami selalu menghibur dan dukung buat tetap menyusui. Jadi saya coba cara-cara lain. Berbagai cara yang orang-orang sarankan:
- oles pakai ASI langsung sebelum dan sesudah menyusui, diamkan sampai kering baru pakai bra ✔
- kompres pakai handuk hangat dan dingin ✔
- kompres pakai daun kubis ✔
- kompres pakai daun sirih ✔
- tetap menyusui karena nanti sembuh sendiri ✔
Dari cara-cara itu enggak ada yang berhasil buat saya ❌❌, semuanya saya lakukan tapi yang ada malah tambah parah. Berdarah, bernanah, bengkak, kulit merah, demam... ah ampun deh. Sampai demam dua kali gara-gara ini. Setelah tanya dan googling sana-sini semakin yakin mastitis dan khawatir tambah parah. Nangis sejadi-jadinya... saat itu cuma bisa peluk bayi dan peluk suami. Sementara menyusui dan pompa tetap jalan terus. Untungnya (masih ada untungnya), yang tambah parah cuma satu PD. Yang satu lagi masih normal. Jadi yang kanan disusuin langsung dan yang kiri pompa.
Proses Penyembuhan
Setelah sekitar satu mingguan saya menderita, akhirnya saya ke dokter juga. Dokter anak saya menyarankan saya langsung ke internis saja. Buset... cuma dilihat saja dikasih antibiotiknya banyak banget dan mahal 😒 bener-bener gak sempet dicek lama. Saya jadinya ya enggak puas.. pengen cari opini lain dulu.
Sebelum ditebus saya keingetan lagi nipple cream Mothercare dan Pigeon itu. Masih penasaran bisa ngefek ngobatin luka PD saya atau enggak. Habis itu penasaran pengen ketemu konselor ASI dulu. Tapi konselor yang saya tahu lokasinya jauh-jauh dan sibuk, waktu prakteknya pun pas saya lagi enggak bisa datang. Ehhh saya nemu di website katanya di Borromeus ada klinik laktasi. Langsung lah saya ke sana sebelum menebus obat dari dokter internis itu.
Pas sampai Borromeus saya tidak menemukan dokter yang menangani laktasinya, katanya cuti. Alih-alih saya disuruh breastcare saja. Yaudah lah ya udah jauh-jauh ke Dago pula saya jabanin. Alhamdulillah luar biasa ya rasanya breastcare, bukan ala-ala kayak yang udah saya pelajari untuk dilakukan di rumah. Ini pijatannya mantap banget dilakukan dua orang suster sampai saya jerit-jerit kesakitan dan ASI muncrat kesana-sini. Luka di nipple saya dibersihkan dan bengkaknya mulai berasa enakan. Semula PD terasa berat kayak batu lama-lama agak mendingan. Dan di akhir breastcare saya disuruh untuk menyusui langsung Hadziq. Duh... ada ketakutan dan trauma sendiri. Tapi ternyata berasa plong! Suster bilang sebenarnya enggak usah khawatir, tapi katanya kalau sudah dikasih resep antibiotik baiknya diminum saja. Hmm... jadi galau. Saya tetap cari opini lain dari teman yang dokter dan lain-lain.
Karena penasaran saya tetap cari nipple cream yang mengandung 100% lanolin. Ujung-ujungnya pilihan tetap jatuh pada Pigeon. Esoknya, suami tetap tebus obat antibiotik karena teman saya bilang kalau memang sudah infeksi lebih baik dimakan obatnya. Oke deh... semuanya ditebus. Tapi ternyata ada satu obat (lupa namanya) yang lebih baik tidak dimakan ibu menyusui. DUH! Telat baca.. yaudah lah ya udah ditebus, jadinya diminum dan tetap oles bagian yang luka dengan Pigeon cream yang udah dibeli selang-seling dengan salep antibiotik resep dokter.
Alhamdulillah.. beberapa hari kemudian kondisi PD saya semakin membaik. Setelah saya tahu dari teman-teman lainnya yang pernah mengalami mastitis, ternyata bisa sampai dibedah untuk diambil cairan nanahnya. Nah loh.. saya baru sadar, jangan-jangan nanahnya kemakan anak saya. Soalnya pas pumping ada semacam ASI yang menggumpal tapi tetap diminum Hadziq. Yasudah deh ya.. sudah terlewat. Mudah-mudahan enggak apa-apa.
Total masa sakit sampai sembuh mungkin ada sekitar 2 mingguan lebih. Itu menjadi 2 minggu terlama dan yang paling bikin bete dalam hidup saya deh kayaknya. Tapi alhamdulillah akhirnya sembuh juga, dan saya selalu berada dalam dukungan keluarga, terutama suami yang menyemangati saya untuk sembuh walaupun dompetnya dia bocor karena pengobatan saya😝 Ada hikmahnya juga sih, semula produksi ASI cuma banyak di PD kiri aja, tapi karena PD kiri sakit jadi saya sering menyusui dengan PD kanan. Alhasil sekarang dua-duanya seimbang dan sama-sama banyak menghasilkan ASI alhamdulillah.
Tiap-tiap inget mastitis itu saya jadi merinding terus. Anehnya padahal saya sudah diwanti-wanti teman supaya sebisa mungkin menghindari penyebab mastitis, eh ternyata tetap saja kena. Dasar sudah seharusnya kali ya.
Karena trauma mastitis saya jadi lebih hati-hati dan jaga-jaga. Selalu menjaga kebersihan PD, dan langsung usahakan untuk mengosongkan PD kalau dirasa sudah penuh, jangan menunggu mengeras takutnya nanti tersumbat, duh!
Dan ingat... jaga diri agar tetap termotivasi untuk sembuh. Ingat, ada anak kita yang menunggu kita untuk sembuh dan menyusuinya. Jangan panik kayak saya, jangan stress, nanti ujung-ujungnya nyesel.. hehehe.
Semangat ya ibu-ibu! Apalagi ibu-ibu baru kayak saya, harus banyak belajar dan jangan malu bertanya. Kalau ada yang mengalami hal yang sama kayak saya, tenang... kamu enggak sendirian. Insyaallah bisa sembuh asal kita yakin dan kita mau usaha 😗
P.S.
- Harga antibiotik untuk mastitis ratusan ribu, kalau dikasih banyak ya lumayan juga bikin kantong kering.
- Langsung obati sebelum menjadi tambah parah apalagi kalau sampai harus dioperasi.
- Harga cream dengan lanolan murni cukup mahal juga, tube kecil dari Medela harganya sekitar Rp.60.000-70.000. Sedangkan Mothercare atau Pigeon dengan ukuran lebih besar harganya sekitar Rp.170.000-180.000.
- Lebih baik beli yang ukuran kecil saja, sayang kalau beli yang Pigeon kalau sudah enggak terpakai (pengalaman pribadi*)
0 comments: