Culture Shock: Cium Pipi atau Cium Bibir
Di sore hari Minggu yang santai ini, saya dan host fam saya sudah menyiapkan alat makan dan meja untuk makan malam di halaman belakang. Saat lagi ngobrol seru dan nunjukkin foto-foto keluarga saya, tiba-tiba mereka ngasih tahu kalau mereka bakalan ke rumah temannya dan saya pun diajak. Wah, agak bingung nih. Bingung kalau nanti mereka ngobrol tapi saya enggak ngerti :))
Tapi karena saya enggak gampang menyerah dan enggak mau kalah dengan rasa bingung saya, pastinya saya pun terima tawaran itu. Alasan lain ya karena proses ini adalah salah satu dari proses adaptasi yang saya jalani di sini. Kalau saya menghindar terus nanti saya bakalan susah dong adaptasinya? Oke. Akhirnya saya capcus buat ikut host fam saya mengunjungi temannya.
Di perjalanan, host fam saya mampir ke minimarket untuk membeli minuman segar. Nantinya minuman itu akan diberikan dan dinikmati bersama saat ngobrol-ngobrol cantik. Selain itu, host fam saya juga membawa cemilan dan telur untuk diberikan kepada tuan rumah.
Rumah teman dari host fam saya tidak terlalu jauh. Ya.. kira-kira hanya beberapa blok dari tempat tinggal kami (((KAMI))). Rumahnya bagus dan nyaman. Meskipun tidak bertingkat, terdapat halaman depan dan halaman belakang yang luas tipikal rumah khas Australia. Tambah kaget lagi karena ada kolam renangnya. Wah pasti betah banget tinggal di sini. Asik banget soalnya!
Ada hal lain yang bikin kaget.. pas host fam saya betemu teman dan suaminya, mereka cium bibir!
Duh dasar saya dari Indonesia belum biasa sama budaya di sini, jadinya kaget dan penasaran. Ah mungkin salah lihat kali ya, mungkin tadi cium pipi. Kalau tradisi cium pipi sih udah biasa lihat dimana-mana, begitu juga dengan cium bibir yang buat anggota keluarga. Tapi kalau cium bibir (mengecup) teman sih baru lihat langsung sekarang. Sisanya yang cium bibir udah lihat langsung di pusat kota Melbourne. Banyak ngets. Apalagi di tempat-tempat perpisahan dan penjemputan macam bandara atau pun stasiun.
Setelah diingat-ingat, kayaknya saya pernah baca atau mungkin pernah ada dosen yang memberi tahu saya tentang budaya cium bibir teman pada orang Australia. Tapi saya enggak begitu ingat isi bacaan atau obrolannya. Kalau dikaitkan dengan isi buku Beyond Language, mungkin ini adalah masa dimana saya memasuki tahap culture shock: saat dimana saya menemukan budaya yang berbeda dengan budaya yang telah saya kenal dan jalani selama ini. Tapi untungnya saya enggak kaget-kaget amat sih, cuma penasaran aja :D
Rasa penasaran saya sempat hilang karena obrolan yang terjadi di meja begitu seru. The dads minum bir, sementara the mums minum anggur merah. Coba tebak saya minum apa? Alhamdulillah host fam saya menyiapkan air mineral karena mereka tahu saya enggak minum alkohol. Meskipun rasanya agak aneh karena air mineralnya berkarbonasi, tapi saya tetap minum karena haus. Mana mungkin kan saya minum air kolam. Bisa-bisa disedot sampai habis tuh pakai selang.
Oh iya saya juga dikenalkan dengan tiga anak laki-laki dari teman host fam saya dan juga pacar dari salah satu anaknya yang ternyata orang Filipina. Mereka juga lagi pada ngumpul dan nyantai. Sementara itu anak dari host fam saya langsung terjun ke air kolam dan saya sendiri gabung ngobrol bareng the mums and the dads. Pengen sih gabung bareng yang masih pada muda-mudi, tapi masih takut gak nyambung kalau ngobrol. Soalnya kan ke sini juga diajak host fam, so I chose to stick with them. Ya.. sesekali juga main air kolam dan liat-liat taman.
Bikin pengen nyebur kan? |
Thong. Benda wajib saat musim panas. |
Pengen punya satu aja... gimana? |
Mereka ngobrol banyak hal.. kalau masih ngerti saya ikut berinteraksi. Tapi pas udah gak paham, saya cuma bisa bengong seperti biasa. Kalau saya udah keliatan tersesat dalam obrolan mereka, biasanya mereka bakalan ulang lagi kalimatnya dengan intonasi lebih jelas dan lebih pelan. Baik bener kan.. padahal dalam otak saya kok rasanya kayak dengerin listening session saat masih kuliah dulu tapi gak selesai-selesai. Di sinilah keterampilan mendengarkan benar-benar diuji.
Untungnya, saya enggak harus berdiam diri terus. Saya juga sharing banyak tentang wisata di Indonesia yang bukan hanya Bali, dan justru mereka lebih tertarik. Mereka juga tertarik dengan Islam: mengapa saya pakai kerudung, apa semua orang Islam pakai kerudung, kenapa laki-laki enggak pakai kerudung, kenapa saya enggak pakai cadar, kenapa saya orang Islam enggak makan babi dan minum alkohol, kapan saya solat, kenapa waktu solat beda-beda, aplikasi buat solat dan lain sebagainya. Sepintas kayaknya kok berat ya buat dijawab, padahal enggak kok. Kita jawab aja dengan santai sesuai dengan pemahaman dan informasi yang mereka sudah pernah dapatkan sebelumnya. Bahkan mereka takjub pas tau ada aplikasi buat berdoa, mereka bilang,"Wow.. that's great. You're very dedicated to your belief.. we respect that."
Dan mereka benar-benar respek terhadap saya :)
Ngobrol lama enggak kerasa udah mau magrib hampir jam delapan. Tibalah saat pulang.. Eh saya jadi keingetan lagi kan yang tadi kejadian pas dateng. Ternyata pas pulang juga begitu, cium bibir. Oh, berarti memang saya enggak salah lihat.
Karena rasa penasaran saya, akhirnya saya bertanya juga kepada host fam tentang budaya mencium bibir teman di Australia. Enggak lupa saya bilang maaf kalau enggak sopan, dan saya juga bilang saya cuma penasaran. Untungnya host fam saya tidak tersinggung. Sambil tertawa dia pun mau menjelaskan.
Menurut dia, cium bibir yang mereka lakukan hanya sebentar dan sampai terdengar bunyi "cup" saja. Sebenarnya mencium bibir teman bukan sesuatu yang umum di sini. Bahkan orang tua mereka pun tidak memiliki kebiasaan yang sama dengan mereka. Mereka pun baru melakukan kebiasaan itu baru beberapa tahun yang lalu dan karena lagi hits. Mereka hanya mencium bibir teman yang benar-benar sangat dekat dan jarang bertemu. Bukan berarti mereka bisa mencium bibir semua orang, dan bukan berarti juga saya harus mengikuti kebiasaan mereka (Thanks God!).
Udah gak penasaran lagi, kan?
Sedikit oleh-oleh dari matahari terbenam hari ini. Tanpa filter. |
Kiss,
- P
Hi!
ReplyDeleteSalam dari Lazada! Perkenalkan saya Merrya, Affiliate Account Executive dari Lazada Indonesia Affiliate Team.
Dengan ini saya ingin memperkenalkan Anda pada program terbaru kami yang sedang tumbuh dengan cepat, Lazada Affiliate Program. Kami percaya bahwa situs Anda memiliki potensi yang sangat baik untuk bergabung dengan program kami dan membentuk kerjasama yang sukses.
Saya telah melihat website Anda dan tertarik untuk bekerja sama dengan Anda.
Silakan hubungi saya langsung ke nomor dan email dibawah ini untuk penjelasan lebih lanjut mengenai program ini.
Kami menunggu balasan dari Anda mengenai penawaran spesial kami ini.
Thanks,
Merrya
merrya.nawati@lazada.co.id
(021)29490210 ext 1601 / 08111551335
Dear Mba Merrya,
Deletesudah saya email ke email mbak ya :) saya tunggu kabar baiknya. Terima kasih.
Regards,
Pia
Wah, sebagai muslim pasti kaget dan belum kunjung terbiasa ya mbak dg kebiasaan itu, culture shock banget itu. menarik ceritanya. anyway salam kenal :)
ReplyDeleteKalau di Indonesia istilahnya Cipika cipiki, di australia berarti Cibir kali ya? Atau Kilos (kissing lips in one second) hahaha :)
ReplyDelete